Powered By Blogger

Sabtu, 27 November 2010

Petingnya Multi Kompetensi Pelayan Tuhan (Guru Agama Kristen)


SDM: MULTI KOMPETENSI + KREATIF

Kristen Visioner Harus Bermulti Kompetensi
Ada kecenderungan di dalam dunia pelayanan Kristen untuk begitu mudah melakukan sesuatu dengan mengatas-namakan panggilan. Banyak bisnis-man menjadi pendeta. Banyak artis mendadak berkhotbah, dan banyak pendeta mendadak menjadi caleg. Kita tidak bisa menghakimi atau menyalahkan. Siapa tahu memang itu panggilannya, bukan? Tetapi alasan panggilan bukan berarti mengabaikan pengembangan kompetensi. Artinya, kalau seorang bisnis-man benar-benar ingin menjadi pendeta, ya harus belajar Alkitab atau sekolah di seminari. Kalau memang seorang artis merasa dipanggil menjadi pengkhotbah, ya harus hidup sungguh-sungguh dan belajar Alkitab sungguh-sungguh. Demikian juga kalau seorang pendeta merasa disuruh Tuhan untuk swift menjadi seorang politisi, ya harus belajar ilmu politik.
Sejak reformasi protestan oleh Martin Luther, karena pelayanan kaum awam mulai terbuka, pelayanan rohani tidak lagi dihegemoni oleh elit keagamaan (clergies). Siapa saja orang percaya bisa melayani Tuhan. Gerakan Kristen Karismatik semakin membuka lebar peluang bagi kaum awam untuk terlibat dalam berbagai jenis pelayanan. Siapa saja bisa diurapi Roh Kudus untuk menjalankan pelayanan. Karena itulah para sarjana teologi bisa kalah. Banyak pengkotbah dan pendeta hebat bertitel insinyur, sarjana ekonomi, atau lainnya, bukan sarjana teologi. Di satu sisi, keterbukaan bagi kaum awam ini sangat bagus. Semua orang percaya berpeluang sama untuk bisa melayani Tuhan. Tetapi di sisi lain, aturan main dan kualifikasinya menjadi tidak jelas. Akhirnya banyak hamba Tuhan dan pendeta jadi-jadian. Mendadak pendeta. Mendadak hamba Tuhan. Terkadang motifasinya mencari uang. Atau karena gagal berusaha di bidang pekerjaan sekuler maka beralih (pelarian) ke pelayanan. Atau, malahan, membisniskan pelayanan. Jadi, yang penting adalah kualifikasi kompetensi. Apalagi jika ingin menjadi seorang agen transformasi yang harus mempunyai strategi yang kuat, sangat membutuhkan kompetensi yang unggul.

Contoh Tokoh Kristiani Dengan Multi Kompetensi
Mengapa orang Kristen (penginjil, pendeta, kaum awam yang bekerja di sekuler) kurang berdampak? Jawabnya adalah kurangnya multi kompetensi sebagai agen transformasi. Seorang pendeta Kristen hanya dibekali pelajaran teologi di kampus atau seminarinya. Ia kurang belajar bidang-bidang lain. Sehingga, ketika ada masalah politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain yang terjadi di masyarakat, ia tidak bisa berkomentar apa-apa. Ia tidak bisa memberi pemikiran-pemikiran originalnya. Ia juga tergagap-gagap untuk mengkomunikasikan pesan Firman Tuhan kepada masyarakat. Tidak tahu bagaimana cara membawa teologi ke ranah publik. Sebaliknya, kaum awam Kristen yang bekerja di dunia sekuler kurang dibekali kemampuan teologi praktis untuk bisa menjadi saksi Kristus di marketplace. Akibatnya, mereka bekerja hanya untuk mencari uang. Kekristenan hanya dijadikan sarana untuk mendapatkan pertolongan Tuhan sehingga pekerjaannya sukses (teologi kemakmuran). Mereka tidak diajarkan bagaimana menjadi agen pembaharu Kristen di dunia kerja.
Kaum muda Kristen tidak mempunyai semacam idealisme untuk bangsa dan negara. Pelajaran-pelajaran Alkitab dan seminar-seminar kepemudaaan Kristen cenderung berkisar pada pembahasan masalah siklus kehidupan. Misalnya bagaimana pacaran yang baik, bagaimana mempersiapkan pernikahan, bagaimana menjadi pria sejati dan wanita bijak. Itu sudah sangat bagus karena meningkatkan kualitas kerohanian. Tetapi, tidak cukup hanya itu. Kaum muda Kristen harus dimotivasi dan dibekali untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan sehingga dapat misalnya, berdampak di parlemen, berdampak di dunia pendidikan, berdampak di dunia hukum, dan seterusnya. Dan, hal itu membutuhkan pembinaan multi kompetensi yang bukan melulu kompetensi rohani.
Dalam hal multi kompetensi, orang Kristen perlu belajar dari Katolik. Perhatikan saja misalnya Romo Mangunwijaya. Dia bukan hanya seorang pastur (rohaniawan), tetapi dikenal luas sebagai arsitek, budayawan, novelis, dan pejuang sosial. Karya-karya dan aksi-aksinya menyentuh kehidupan kaum papa, mengentaskan nasib mereka dan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Romo Mangun bisa melancarkan dampak seperti itu karena ia memiliki multi kompetensi, bukan hanya kompetensi rohani dan tologia. Seandainya ada 1.000 pendeta Kristen berkapasitas seperti, transformasi Indonesia pasti lancar!

Yusuf: Transformator Bermulti Kompetensi
Yusuf bin Yakub adalah contoh agen transformasi. Ia tinggal di negeri asing (Mesir) seorang diri, minoritas. Ia meniti karir dari nol sebagai budak. Karena berkompetensi dan disertai Tuhan, karirnya terus menanjak. Akhirnya, ketika Roh Kudus membuat “terobosan rohani”, terbukalah kesempatan baginya untuk tampil menjadi problem solver masalah krusial bangsa Mesir. Ide brilyannya (dalam menafsirkan mimpi raja) memberi jalan keluar bagi masalah paceklik yang menghadang bangsa itu. Prestasinya menaikkan posisinya sebagai orang nomor dua di negeri itu. Ia pun menjadi saksi dan berkat. Ia adalah seoran pemimpin berdampak! Kesuksesan Yusuf memang karena kasih karunia Tuhan. Tetapi, juga karena ia memiliki multi kompetensi sebagai berikut :
1.        Kompetensi Rohani. Yusuf memiliki kualitas kehidupan rohani yang unggul, terbukti bahwa ia selalu disertai Tuhan (Kej 39:2, 3, 21, 23) soal ”disertai Tuhan” yang ditulis beberapa kali menunjukkan bahwa itu sangat penting. Ia juga unggul dalam soal intergritas (Kej 39:9b; 40:15).
2.        Kompetensi Visi. Sejak awal, saat remaja, Yusuf sudah mempunyai kecerdasan spiritual yaitu menangkap visi yang diberikan Tuhan via mimpi (Kej 37:5-7).
3.        Kompetensi Mentalitas.Yusuf memiliki mentalitas tahan banting yang luar biasa. Ia berhasil melewati berbagai tekanan seperti situasi di mana aspirasinya tidak didengar (Kej 37:6-8), dipinggirkan, ditolak, dibuang (Kej 37:28), posisi tawar lemah, Yusuf hanya menjadi budak (Kej 37:36), diperlakukan tidak adil (Kej 39:20), tak punya kesempatan memperjuangkan diri (Kej 40:14), dimanfaatkan dan dilupakan (Kej 40:23).
4.        Keempat, Kompetensi Sumber Daya Manusia.Yusuf adalah seorang pekerja hebat (Kej 39:2). Yusuf memiliki hikmat kebijaksanaan (41:37-38). Kelima, Kompetensi Kepemimpinan. Saat mempresentasikan hikmat di hadapan Firaun, Yusuf tampil meyakinkan dengan wibawa kepemimpinan yang luar biasa karena urapan Roh Kudus (Kej 41:38).

Paulus, Hamba Tuhan Multi Kompetensi
Paulus adalah seorang hamba Tuhan dengan multi kompetensi. Panggilannya dalam pelayanan sangat jelas. Ia adalah seorang penginjil, rasul, dan pengajar sekaligus (1 Tim 2:7). Namun, pengetahuan dan skill-nya bukan hanya mencakup hal-hal rohani. Ia pun menguasai pengetahuan dan skill sekuler. Berikut adalah beberapa fakta Alkitab yang menunjukkan kapasitasnya yang multi-kompetensi itu. Paulus berasal dari kota yang terkenal, Tarsus (Kis 21:39). Sebuah kota pusat pendidikan. Para ahli seperti Sir William Ramsay dan lain-lain umumnya menerima bahwa Paulus mempelajari berbagai filsafat Yunani dan mempelajari pula ibadah-ibadah agama-agama saat masih mudanya.
Paulus dididik dengan teliti di bawah Gamaliel (Kis 22:3) yang adalah seorang doktor ilmu hukum dan anggota Sanhedrin. Ia dari sayap golongan liberal Farisi. Gamaliel disebut sebagai rabban (guru kami), sebuah gelar kecendekiaan yang lebih tinggi dari rabbi (guruku). Paulus memahami masalah hukum dan seluk beluk masalah kewarganegaraan. Sehingga, ketika hendak diperlakukan tidak adil, ia dapat membela diri lewat ”debat hukum” sebagaimana dicatat Alkitab: Tetapi ketika Paulus ditelentangkan untuk disesah, berkatalah ia kepada perwira yang bertugas: ”Bolehkah kamu menyesah seorang warganegara Rum, apalagi tanpa diadili?” Mendengar perkataan itu perwira itu melaporkannya kepada kepala pasukan, katanya: “Apakah yang hendak engkau perbuat? Orang itu warga negara Rum?” Maka datanglah kepala pasukan itu kepada Paulus dan berkata: “Katakanlah, benarkah engkau warganegara Rum?” Jawab Paulus: “Benar.” Lalu kata kepala pasukan itu: “Kewarganegaraan itu kubeli dengan harga yang mahal.” Jawab Paulus: “Tetapi aku mempunyai hak itu karena kelahiranku.” Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur; dan kepala pasukan itu juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Rum (Kis 22:25-29). Paulus mempunyai pengetahuan umum yang luas sehingga pelajaran-pelajarannya kaya akan ilustrasi dan komparasi. Misalnya ia memberi contoh dari dunia olahraga lari (Flp 3:13-14) dan tinju (1 Kor 9:26) Paulus bahkan mempunyai ketrampilan (soft skill) untuk membuat tenda (Kis 18:3). Dengan wirausaha sampingan itu ia bisa menghidupi diri sehingga tidak membebani jemaat.
Bahkan ia tahu soal makanan sehat. Kepada Timotius, Paulus menasihatkan supaya ia mengkonsumsi anggur sebagai tonik, katanya, “Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkalah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah (1 Tim 5:23).

Tuntutan Sekarang: Harus Kreatif
Dalam era IPTEK modern, hanya orang-orang cerdas yang mampu berpikir kreatif sajalah yang laku dan menang. Dalam The Emerging Digital Economy Report tahun 1996, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan kebangkitan era ekonomi digital. Teknologi informasi (IT) telah menjadi pilar utama kegiatan-kegiatan ekonomi. Industri-industri yang berbasis teknologi informasi adalah industri-industri yang menjanjikan gaji tinggi (high paying job). Pada tahun 1996, 7,4 juta pekerja bekerja pada sektor ini dan memperoleh gaji US $ 46.000 per tahun. Sementara pada sektor privat lain, rata-rata hanya memberikan US $ 28.000 per tahun.
Demikian pula dalam kompetisi bisnis di era global sekarang. Orang-orang yang mampu berkipir kreatif sajalah yang akan leading. Apa yang dilakukan oleh sebuah perusahaan grosir bisnis bernama Webvan.com sangat kreatif. Mereka membangun jaringan pusat distribusi seluruh wilayah negara yang memungkinkannya melompati semua supermarket tradisional. Kemudian, semua barang yang dipesan oleh konsumen secara on-line akan dikirim pada saat itu juga. Strategi itu memampukan Webvan.com melakukan penghematan 50% dibanding rata-rata perusahaan grosir lainnya.
Perusahaan Hotmail.com juga sangat kreatif. Mereka memberikan pelayanan e-mail gratis yang dapat diakses dari setiap komputer di mana saja dan untuk membuat perangkat lunak berfungsi dengan baik tidak perlu di-download. Hasilnya, dahsyat. Dalam 18 bulan, berhasil merebut pengguna dari 0 sampai 10 juta. Pada pertengahan tahun 1999, layanan Hotmail mencapai 40 juta pengguna. Itu berarti jauh melampaui AOL yang hanya mempunyai 18 juta pengguna. Akhirnya, Hotmail diakuisisi oleh Microsoft pada bulan Mei 2007, dan kemudian meraih rekor 230 juta pengguna dan melayani e-mail 100 juta per hari. Sekarang, Hotmail menawarkan layanan e-mail dengan kecepatan tinggi, keandalan, dan kemudahan-kemudahan jaringan. Kalau bukan karena kreatifitas, perusahaan Nokia tidak akan pernah dikenal orang seperti sekarang ini. Pada awalnya, Nokia hanyalah sebuah perusahaan kecil di daerah pinggiran Kutub Utara yang sama sekali tidak dikenal. Saat itu, Nokia hanya memproduksi ban salju dan karet untuk sepatu boot. Kemudian, Nokia beralih strategi dengan mengembangkan teknologi digital. Pada tahun 1994, berhasil menjual 26 juta unit. Pada tahun 1999, berhasil menjual 300 juta sehingga melampaui rekor Motorolla yang memimpin pasar sampai tahun 1997. Pada tahun 2006, penjualan Nokia mencapai 41,1 milyiar euro dan meraup keuntungan sebesar 5,5 milyar euro. Kini, Nokia diakui sebagai sebuah perusahaan teknologi tinggi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa dan menjadi nomor satu di dunia dalam bisnis industri seluler.

Manusia Pada Dasarnya Kreatif
Otak manusia terdiri dari dua belahan, kanan dan kiri. Kebenaran mengenai hal ini sebenarnya sudah dipahami oleh orang Mesir kuno, yaitu ketika mereka mengetahui bahwa otak kiri mengendalikan dan menerima sensasi dari sisi kanan tubuh kita dan demikian pula sebaliknya. Menurut riset, kedua bagian otak itu terhubung dengan jaringan super kompleks yang terdiri dari 300 juta neuron. Profesor Roger Sperry dari Universitas California melakukan penelitian mendalam mengenai otak kanan dan otak kiri manusia. Menurutnya, otak kiri memampukan manusia berpikir logis, runtut, analitis, matematis, dan sistematis. Dengan otak kiri, manusia mengembangkan pemikiran-pemikiran secara bertahap dan akumulatif. Ini disebut sebagai proses berpikir linear. Sedangkan otak kanan memampukan manusia berpikir kreatif. Otak kanan memampukan manusia berpikir tentang ide-ide abstrak seperti etika dan estetika. Otak kanan berproses kreatif dengan menggunakan irama, musik, kesan visual, warna, dan gambar. Otak kanan memampukan manusia berpikir secara menyeluruh sehingga disebut sebagai proses berpikir global. Komputer hanya bisa bekerja seperti otak kiri manusia, tetapi tidak bisa bekerja seperti otak kanan manusia. Itulah sebabnya Garry Kasparov bisa mengalahkan komputer super canggih Deep Blue. Otak kanan memungkinkan manusia berpikir kreatif secara intuitif tanpa melalui proses-proses berpikir logis yang sistematis. Sebagai contoh, adalah pada pemain bulu tangkis yang hebat. Taufik Hidayat dapat bereaksi cepat dan benar dalam hitungan detik. Terkadang, langkah-langkahnya tidak logis, tetapi cermat dan tepat. Dalam hal ini, ia berpikir intuitif dengan kekuatan otak kanannya. Orang yang kreatif adalah orang yang mengembangkan kedua belah otaknya. Kemampuan setiap belahan untuk melakukan fungsinya sendiri disebut ”laterialization”.

Cara Mengembangkan Kreatifitas
BeLAJAR KERAS.
Meskipun kreatifitas berhubungan dengan ilham, berpikir kreatif tetapi memerlukan proses belajar yang keras. Itulah sebabnya seorang Thomas Alfa Edison berkata, ”Jenius adalah 99% usaha keras dan 1% bakat.” Soichiro Honda, pendiri dan pemimpin pabrik motor Honda, berkata, ”Kesuksesan saya hanya 1% dari keseluruhan hidup saya, yang 99% adalah kegagalan.” Artinya, meskipun menemukan atau menciptakan sesuatu yang baru berkaitan dengan ilham, keseluruhan prosesnya membutuhkan fondasi pengetahuan dan pengalaman yang kuat. Menjadi kreator ilmiah bukan berarti tidak perlu sekolah. Bisa saja seseorang tiba-tiba mendapat semacam kilatan ilham. Namun, tanpa pemikiran yang siap dan lengkap, ilham itu tidak dapat ditangkap dan dikembangkannya dengan baik. Louis Pasteur berkata, “Peluang akan berpihak kepada pikiran yang siap.”
MENTAL KREATIF.
Berpikir kreatif adalah masalah sikap mental. Orang yang kolot atau tradisional tidak akan pernah menjadi kreatif. Orang yang takut mecoba dan takut gagal juga tidak akan pernah menjadi kreatif, Orang yang tidak bisa menghargai perbedaan dan hanya memegang suatu pikiran secara fanatis juga tidak akan pernah menjadi kreatif. Berpikir kreatif membutuhkan mental yang berani mencoba hal-hal baru. Dua bersaudara Orville Wright dan Wilbur Wright adalah pedagang sepeda. Kalau tidak pernah berani mencoba hal baru, mereka tidak pernah dikenal sampai hari ini. Wright bersaudara tidak puas dengan sepada, mereka ingin terbang. Pada tahun 1903, mereka berhasil merancang pesawat udara bermesin pertama yang bisa melayang di udara. Pada tahun 1906, mereka berhasil terbang selama 1 jam. Pada tahun 1909, mereka mendirikan The American Wright Company untuk pembuatan pesawat terbang. Berpikir kreatif harus berani mencoba dan gagal. Kolonel Sanders baru mengalami sukses pada usia 65 tahun. Sebelumnya, dengan modal US $ 105, ia membuat resep makanan ayam goreng dan ia berkeliling Amerika Serikat untuk menawarkannya ke berbagai rumah makan dan investor. Sanders ditolak sebanyak 1.009 kali sebelum akhirnya mendirikan Kentucky Fried Chicken yang sekarang mendunia.
MELIHAT SECARA KREATIF.
Untuk dapat menjadi kreatif, kita harus bisa melihat suatu masalah secara luas, tidak secara sempit. Kita berusaha melihat dari banyak sudut pandang (multi perspektif). Dengan demikian, kita akan mempunyai banyak ide, banyak alternatif, dan banyak solusi. Kita pun bisa membuat kombinasi solusi-solusi. Untuk dapat berpikir kreatif, kita perlu keluar dari persoalan dan melihat dari sisi luar masalah itu. Sebagai contoh adalah pada saat bermain catur. Sebelum menemukan langkah, kita harus melihat situasi secara menyeluruh, baik posisi kita maupun posisi lawan. Seolah-olah kita berada di atas papan catur itu dan melihat dari sudut luar permainan itu.
FAKTOR ILHAM.
Ilham merupakan kunci pembuka bagi kreatifitas berpikir. Hal itu diselidiki oleh Dr. Mir Aneesuddin, M.Sc., seorang peneliti pada Indian Institute of Chemical Technology di Heideradab, India. Ia menyimpulkan bahwa 99% temuan ilmiah sepanjang peradaban manusia merupakan temuan yang tidak disengaja. Ketika Newton menemukan teori gravitasi, ide itu muncul sebagai sebuah ilham ketika ia sedang duduk termenung dan ada buah apel jatuh tiba-tiba di depannya. Bethoven, Wagner, Coleridge, dan Robert Louis Stevenson sengaha menggunakan mimpi untuk mendapatkan ilham ide-ide kreatif. Ahli kimia Jerman Freidrich August Kekule menemukan struktur molekul ”benena” ketika ia sedang ”tidur-tidur ayam” di depan perapian. Wordsworth berkata, “Tidur adalah inkubator ide-ide yang paling dahsyat, induk dari pikiran yang segar.” Dengan demikian, berpikir kreatif berkaitan erat dengan imajinasi, fantasi, lamunan, mimpi, dan intuisi. Albert Einstein adalah seorang yang suka melamun. Katanya, “Ketika aku mengkaji diriku dan metode pemikiranku, aku berkesimpulan bahwa bakatku yang suka berfantasi jauh lebih berarti bagiku daripada bakatku dalam menyerap pengetahuan positif.”

Menjadi Cerdas Dan Kreatif Karena Tuhan

Prinsip Meminta
Salomo adalah raja pertama Israel yang naik tahta berdasarkan garis keturunan. Berbeda dengan Daud, Salomo tidak menerima suatu kapasitas rohani khusus sebelum ia menjadi raja. Baru setelah ia menjadi raja, Tuhan memberinya kapasitas berupa hikmat illahi karena Salomo meminta hal tersebut. Hal itu jelas dicatat dalam Kitab Suci. Di Gibeon itu Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1 Raj 3:5) Karena Salomo telah menunjukkan kasihnya kepada Tuhan (1 Raj 3:3) dan memberi korban persembahan yang diperkenan Tuhan (1 Raj 3:4), Salomo diperbolehkan untuk menaikkan permohonan.
Di dalam Kristus, orang percaya diperkenankan untuk meminta sesuatu kepada Tuhan. Apa saja boleh diminta, asalkan sesuai dengan FirmanNya. Tuhan akan mengabulkan jika permintaan itu seturut dengan kehendakNya. Secara khusus, Alkitab mencatat bahwa Tuhan akan mengabulkan jika kita meminta hikmat (sophia, wisdom) dari padaNya. Janji Tuhan tentang hal meminta itu adalah di Matius 7:7-8, Yohanes 15:7, 1 Yohanes 5:14, Yakobus 1:5; 1 Raja-raja 3:7

Prinsip Memohon Hikmat Untuk Kepentingan Umat
Mengapa Tuhan menjawab permohonan Salomo tentang hikmat? Dari kata-kata doa yang dinaikkannya diketahui bahwa, pertama, Salomo menghormati kasih setia Tuhan. Kedua, Salomo mengakui bahwa dirinya menjadi raja semata-mata karena Tuhan yang mengangkat dirinya. Ketiga, Salomo merendahkan diri dengan mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya sebagai anak muda yang masih hijau. Keempat, Salomo mengutamakan kepentingan umat Tuhan. Artinya, ia meminta hikmat bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, namun untuk kepentingan orang banyak (1 Raj 3:6-9)
Bagaimana respon Tuhan terhadap doa Salomo? Pertama, Tuhan menilai bahwa permintaan Salomo itu tidak egois atau hedonis. Salomo tidak mengedepankan kepentingan pribadi untuk meraih kesehatan (umur panjang), kekayaan, dan kekuasaan (musuh-musuhnya dikalahkan) (1 Raj 3:11). Kedua, Tuhan menjawab doa Salomo dengan memberinya hati yang penuh dengan hikmat dan pengertian yang menjadikannya sebagai raja bijaksana sepanjang zaman (1 Raj 3:12). Ketiga, Tuhan menambahkan bonus-bonus berkat seperti kekayaan, kemuliaan, dan juga umur panjang (1 Raj 3:13-14).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Tuhan akan memberikan kita hikmat jika kita menggunakannya untuk kepentingan orang banyak (umat manusia). Bandingkanlah dengan para penemu seperti Thomas Alfa Edison atau Henry Ford. Terlepas dari mereka Kristen atau tidak, Tuhan memberikan anugerah hikmat yang luar biasa karena mereka menciptakan penemuan-penemuan yang berguna bagi umat manusia. Apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana menjadikan kehidupan masyarakat lebih baik. Sebenarnya, mereka tidak egois dan berpusat pada diri sendiri. Sebaliknya, mengapa orang Kristen kekurangan hikmat? Mengapa kita kalah cerdas dan kalah kreatif dibanding orang-orang dunia? Salah satu kemungkinannya adalah karena orang Kristen itu egois. Kita hanya berpikir bagaimana menjadi kaya, bagaimana meraih kemakmuran, dan hidup sehat walafiat. Orang Kristen jarang memikirkan nasib masyarakat miskin dan penderitaan bangsa. Karena itu, Tuhan malah memberikan kreatifitas kepada para aktifis sosial dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat non Kristen yang lebih concern dengan pengentasan kemiskinan dan perbaikan taraf hidup.
Bagaimana hikmat illahi itu beroperasi dalam otak raja Salomo? Itu lebih dari sekedar intuisi atau kemampuan daya cipta otak kanan. Kreatifitas pikiran Salomo itu sangat khas. Perhatikanlah bagaimana ia menemukan ide cemerlang pada saat-saat sulit. Pada suatu hari, datanglah di hadapan Salomo dua orang perempuan yang memperebutkan seorang anak. Masing-masing mengklaim bahwa anak itu adalah anaknya. Ibu dari anak itu sudah mencoba menjelaskan duduk persoalan dan kronologi peristiwanya sampai terjadi perebutan anak itu. Tetapi, ibu yang satunya yang anaknya telah mati, bersikukuh mengklaim bahwa anak itu adalah anaknya. Terjadilah pertengkaran hebat. Cling! Sontak, Salomo menemukan ide brilyan untuk menyelesaikan masalah itu (1 Raj 3:24-27) Benar-benar sebuah demonstrasi kreatifitas berpikir seorang hakim yang cerdas, bukan? Segenap umat Israel menyadari bahwa raja mereka yang satu ini adalah orang yang diberi hikmat luar biasa oleh Tuhan untuk menegakkan keadilan (1 Raj 3:28).
Di kemudian hari, Salomo dikenal sepanjang masa sebagai empu hikmat. Kapasitasnya dalam berhikmat melebihi rekan-rekan sebayanya di Mesir, Arab, Kanaan, dan Edom (1 Raj 4:29 dab). Salomo sendiri adalah penganjur sastra hikmat Israel. Salomo mengumpulkan dan menggubah ribuan amsal dan nyanyian (1 Raj 4:32). Di samping kitab Amsal, kitab Kidung Agung dan Pengkotbah mengisyaratkan bahwa Salomo adalah penulisnya. Mazmur 72 dan 27 juga merupakan gubahannya. Kehebatan hikmat Salomo juga diakui oleh bangsa-bangsa di luar Israel. Tidak ada seorang pun pahlawan zaman kuno yang begitu dipuja dalam sastra rakyat. Terdapat banyak sekali cerita Yahudi, Arab, dan Etiopia tentang kejayaan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh raja Salomo.
Dari kehidupan dan keberhasilan kepemimpinan Salomo di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan. Pertama, Tuhanlah yang memberikan hikmat, pengetahuan, dan kepandaian (Ams 2:6). Karena itu, kita harus hidup benar dan berkenan dalam takut akan Tuhan (Ams 2:5). Kedua, kita perlu memohon hikmat dan kepandaian itu. Ketiga, kita meminta hikmat itu untuk kepentingan umat manusia, jangan untuk kepentingan diri sendiri (egosentris). Jika kita rindu menjadi berkat bagi orang lain, Tuhan akan menambah-nambahkan kepandaian. Kita diberkati untuk menjadi berkat. Kepandaian yang diberikan Tuhan jauh lebih dahsyat daripada kepandaian yang dimiliki karena usaha sendiri. Belajar itu harus. Tetapi, bersama Tuhan, orang percaya dapat melampaui kapasitas orang kebanyakan. Hal itu terbukti dalam kapasitas Daniel dan kawan-kawannya. Mereka memang sudah pandai (Dan 1:3-5) dan bertambah pandai karena dididik secara intensif (Dan 1:5). Tetapi, Tuhan menambahkan kapasitas sedemikian rupa sehingga mereka mencapai taraf excellent (Dan 1:17, 20).

PANGGILAN TRANSFORMASI



Transformasi Individu
Transformasi adalah perubahan (change). Contohnya adalah perubahan dari kanak-kanak menjadi remaja dan akhirnya dewasa. Contoh lain adalah perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Indonesia sekarang sudah mengalami perubahan, menuju kehidupan yang lebih demokratis. Tanda-tanda perubahan itu cukup kentara seperti hilangnya kepemimpinan yang otoriter-militeristik dan sistem pemilu yang bersifat langsung. Secara etimologis, transformasi berasal dari kata dasar “trans” dan “form”. Trans berarti berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya (accros) atau  melampaui (beyond). Adapun form berarti bentuk. Jadi, transformasi adalah perubahan bentuk yang melebihi sekedar perubahan bungkus luar saja (Santoso, 2003). Berbicara soal transformasi atau perubahan pada tingkat individu, Alkitab memberi prinsip yang jelas sebagaimana ditandaskan Paulus dalam surat Roma 12:2; Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah (transformed) oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Tuhan: apa yang baik, yang berkenan kepada Tuhan dan yang sempurna. (LAI) And be not conformed to this world: but be ye TRANSFORMED (metamorfoo) by the renewing (anakaheenosis) of your mind, that ye may prove what is that good, and acceptable, and perfect, will of God. (KJV). Kata “berubah” mengacu pada kata “transformed” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru (Yunani) kata yang dipakai adalah metamorfoo. Ini sama dengan metamorphose yang berarti perubahan (change), perubahan bentuk (transfigure, transform). Contohnya adalah metamorfose dari wujud ulat, berubah menjadi kepompong, dan akhirnya berubah menjadi seekor kupu-kupu. Sebuah perubahan bentuk yang jelas. Begitulah perubahan manusia di dalam Kristus. Ia menjadi ”ciptaan baru” yang memiliki ”kodrat baru”. Manusia percaya juga mengalami transformasi yang terus-menerus, dikuduskan terus-menerus (progressive sanctification) sampai akhirnya menjadi serupa dengan Kristus.
Dalam konferensi World Evangelical Fellowship yang dikenal dengan sebutan “Wheaton 1983”, transformasi individu di dalam Kristus didefinisikan sebagai berikut: “…transformation is the change from a condition of human existence contrary to God’s purposes to one in which people are able to enjoy fullness of life in harmony with God (John 10:10; Col 3:8-15; Eph 4:13). This transformation can only take place through the obedience of individual and communities to the Gospel of Jesus Christ, whose power changes the lives of men and women by releasing them from the guilt, power and consequences of sin, enabling them to respond with love toward God and toward others (Rom 5:5) and making them “new creatures in Christ” (2 Cor 5:17).
Jadi transformasi individu di dalam Kristus adalah sebuah proses yang bersifat illahi. Perubahan hanya terjadi ketika orang percaya kepada Injil dan menerima Roh Kudus yang menjadikan kita ciptaan yang baru.

Transformasi Masyarakat
Alkitab menandaskan bahwa transformasi tidak hanya bisa terjadi pada level individu, tetapi juga masyarakat-bangsa. Perubahan tidak eksklusif pada individu. Kasih Tuhan ditujukan juga kepada komunitas, suku, bangsa, dan keseluruhan dunia yang berdosa ini (Santoso, 2003). Hal itu sangat jelas dari perintah Yesus: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua BANGSA murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20).
Tuhan berjanji akan “memulihkan negeri” (heal the land). Hal ini berbicara tentang transformasi yang hendak Tuhan kerjakan dalam kehidupan sebuah masyarakat, kota, atau bangsa. Janji Tuhan untuk memulihkan negeri itu pernah disampaikan-Nya dengan jelas ketika menampakkan diri kepada raja Salomo: “Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta MEMULIHKAN NEGERI mereka” (2 Taw 7:14). Tuhan bukan hanya memperhatikan pribadi lepas pribadi, tetapi juga komunitas lepas komunitas. Kota demi kota. Bangsa demi bangsa. Kerinduan Tuhan untuk menyelamatkan sebuah komunitas (masyarakat) terlihat dalam kasus dua kota. Pertama, kota Sodom yang jahat dan najis. Tuhan berkata kepada Abraham bahwa Ia tidak akan menghukum (memusnahkan) kota itu jika ada minimal 10 orang benar yang ada di kota tersebut (Kej 18:32). Meskipun pada akhirnya Sodom (dan Gomora) dihukum karena tidak memenuhi kuota yang disyaratkan itu, Tuhan sudah menyatakan kepedulian-Nya atas masyarakat tersebut.
Kedua, kota (bangsa) Niniwe. Melalui nabi Yunus, Tuhan mengultimatum hukuman untuk kota Niniwe. Demikian Firman-Nya, “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan!” (Yun 3:4). Apa yang dilakukan orang-orang Niniwe? Ternyata mereka, dari raja sampai seluruh rakyatnya, percaya kepada Tuhan, bertobat, dan berdoa puasa (Yun 3:5-9). Maka Tuhan pun tidak jadi menghukum kota itu. Alkitab mencatat: “Ketika Tuhan melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka MENYESAL-lah Tuhan karena malapetaka yang telah dirancankan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak melakukannya (Yun 3:10). Pencabutan hukuman itu membuat Yunus kecewa (Yun 4:1). Tapi Tuhan justru menegaskan bahwa Ia mengasihi kota Niniwe, kata-Nya, “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari 120 ribu orang, yang semuanya tidak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yun 4:11). Rupanya Yunus justru ingin Niniwe dihukum sebab Niniwe (Asyur) adalah musuh Israel. Kebencian itu muncul karena rasa nasionalisme Yunus. Namun, di sini justru Tuhan menyatakan cintanya akan bangsa-bangsa.
Masalah masyarakat begitu banyak, mulai dari masalah kemiskinan, keterbelakangan, kriminalitas, dan sebagainya. Berbicara soal transformasi masyarakat, konsepnya holistik. Artinya, bukan hanya perubahan yang bersifat spiritual tetapi juga non spiritual. Transformasi masyarakat lebih dari sekedar proses terjadinya pertobatan dan perbaikan kehidupan rohani, tetapi juga pemulihan dalam segala bidang. Hal itu berimplikasi pada tugas Gereja yang bukan hanya memberitakan Injil saja. Gereja harus melaksanakan “misi sosial” untuk membangun kehidupan masyarakat menjadi lebih baik, seperti pemberantasan kemiskinan dan keterbelakangan.
Sebagaimana ditegaskan Prasadja (2003), konsep transformasi masyarakat lebih luas dari konsep penginjilan semata. Konsep transformasi ini tidak membatasi diri dengan hanya mengubah manusia berdosa menjadi manusia lahir baru di dalam Kristus. Transformasi adalah mengubah dan mengembalikan manusia kepada harkat dan martabatnya sesuai dengan maksud Tuhan ketika manusia itu diciptakan. Dengan konsep transformasi masyarakat seperti itu, transformasi merupakan sebuah proses yang tidak henti (never ending process). Fokus transformasi adalah “proses”. Prasadja (2003) menegaskan bahwa kita, Gereja-Nya sedang dalam proses mewujudkan visi Tuhan tersebut. Kerajaan Tuhan sudah datang, sedang dimulai (inagurated), sedang ada, dan akan dipenuhi atau digenapi (fulfiled).
Mengapa transformasi masih merupakan proses? Pertama, sampai Kedatangan Kristus Kedua Kali (KKKK), iblis masih belum dihukum secara total. Iblis masih diijinkan Tuhan berkuasa di muka bumi (1 Yoh 5:19). Karena itu, dunia masih menjadi sebuah medan peperangan rohani antara Gereja-Nya dengan roh-roh jahat (Ef 6:12). Ketika Gereja bertekun dan berjuang melawan setan-setan dalam doa dan syafaat, transformasi terjadi di kota-kota. Namun, ketika Gereja undur, transformasi yang sudah tercapai bisa saja kendur. Jadi, harus berjuang secara terus-menerus.
Kedua, pemulihan total baru akan terjadi pada masa Kerajaan Seribu Tahun (KST) setelah KKKK. Pada masa itulah Yesus akan memerintah di muka bumi selama seribu tahun bersama orang-orang percaya. Bumi akan dipenuhi kedamaian dan kemakmuran secara total. Jadi, transformasi yang terjadi sekarang belum merupakan suatu kondisi seperti pada masa KST tersebut.

Transformasi Via Doa
Mengapa transformasi yang diharapkan itu belum juga terjadi secara signifikan di dalam masyarakat kita? Jawabannya adalah ada pada kita. Untuk mengalami janji-janji Tuhan, termasuk janji transformasi, Gereja harus melakukan dua hal yang merupakan satu paket: berdoa dan bekerja (ora et labora). Setiap kegerakan rohani selalu dimulai dengan doa. Gereja pertama pun dimulai dari doa (Kis 1:14) yang diikuti dengan pencurahan Roh Kudus pada Pentakosta (Kis 2). Transformasi yang terjadi di Cali, Almalonga, Kiambu, dan lain-lain juga didahului oleh gerakan-gerakan doa yang luar biasa.
Doa sebagai preseden transformasi terlihat jelas pada peristiwa transformasi berikut ini. Pada 1949 terjadi sebuah revival di daerah kepulauan Hebrides, Skotlandia, yang dipicu oleh kegiatan doa yang dirintis oleh dua orang wanita yang masih bersaudara: Peggy Smith dan Christine Smith. Beberapa kali dalam seminggu mereka berdoa sampai larut malam demi memohonkan kebangunan rohani untuk masyarakat. Aktivitas doa dua wanita itu mengilhami tujuh pendeta gereja-gereja setempat untuk ikut bersatu dalam doa bersama. Mereka semua lantas melakukan gerakan doa syafaat selama beberapa bulan. Salah satu di antara mereka adalah Duncan Chambelll, yang setelah revival terjadi ia menjadi tokoh terkenal. Apa yang terjadi setelah gerakan doa kesatuan (united prayer) itu? Pada pertengahan 1949, Tuhan melawat masyarakat kepulauan Hebrides itu secara supranatural. Ketika ketujuh pemimpin itu sedang berdoa di sebuah lumbung desa sampai larut malam, tiba-tiba ada cahaya illahi menerangi kawasan pertanian itu. Tuhan datang seperti tiupan angin yang dahsyat. Bumi pun berguncang tanpa sebab. Piring-piring dan gelas-gelas bergetaran karena gempa bumi adikodrati. Semua kejadian itu terlihat secara kasat mata dan terasa jelas secara fisik. Kemuliaan Tuhan yang turun di atas kawasan Hebrides itu mendorong seluruh masyarakatnya untuk berdoa. Mereka menyeru nama Yesus dan memohon pengampunan. Pada jam 04.00 pagi, ratusan orang dari desa-desa sekitar mendatangi pusat pencurahan Roh Kudus itu. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mereka merasa seperti ditarik oleh suatu kekuatan surgawi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Dalam waktu singkat pertobatan massal terjadi.
Setelah melakukan pengamatan dan studi komparasi atas beberapa kasus transformasi, George Otis Jr menarik kesimpulan bahwa proses transformasi (rohani) masyarakat/komunitas itu terjadi melalui tiga tahap. Pertama, tahap pembangunan “pangkalan rohani” (spiritual beach) yaitu tahap terjadinya kesatuan Gereja, pertobatan korporat Gereja, kesatuan doa, dan tindakan Gereja untuk melakukan rekonsiliasi sosial. Kedua, tahap “terobosan rohani” (spiritual breakthorugh), yaitu momentum (kairos) pada saat Tuhan (Roh Kudus) melakukan penetrasi sedemikian rupa sehingga terjadi kebangunan rohani besar yang menyentuh kehidupan masyarakat luas. Ketiga, tahap “pembaruan”, yaitu terjadinya pembaruan sosial-politik dan berbagai dimensi lain dalam kehidupan masyarakat.
Kebangunan Kristen (gereja) pertama yang berdampak pada pembaruan masyarakat saat itu juga terjadi melalui tahapan-tahapan seperti itu. Pertama, umat bersatu dalam doa yang sehati (Kis 1:14). Kedua, terobosan rohani terjadi melalui pencurahan Roh Kudus (Kis 2). Ketiga, pembaruan rohani terjadi, jiwa-jiwa bertobat (Kis 2:14-41). Selanjutnya, masyarakat pun banyak mengalami pertobatan, Kadang, penetrasi illahi terjadi dalam bentuk peristiwa-peristiwa spektakuler. Jadi, peristiwa spektakuler seperti bencana alam dahsyat dapat merupakan suatu manifestasi kuasa Tuhan yang membuka jalan menuju transformasi. Hal itu teramati dalam peristiwa gempa bumi yang dicatat Alkitab sebagai berikut (Kis 16:20-31). Di penjara, Paulus dan Silas melancarkan gerakan doa (Kis 16:25-26). Kemudian, terjadilah terobosan rohani yang berupa manifestasi gempa bumi. Peter Wagner melihat bahwa gempa yang terjadi kala itu bukanlah gempa biasa (unusual earthquake). Melalui peristiwa supranatural itu, rasa takut akan Tuhan mencengkeram jiwa-jiwa. Secara psikologis, kepala penjara menjadi takut kalau-kalau semua tawanan lepas (Kis 16:27). Dalam kondisi psikologis seperti itu, ia menjadi putus asa, gemetar, dan tersungkur (Kis 16:29). Itulah jalan masuk (peluang) bagi Paulus dan Silas untuk akhirnya membawa dia dan keluarganya kepada Kristus.

Transformasi Via Tindakan (Bekerja)
Peristiwa gempa yang tidak biasa di atas diikuti oleh pertobatan jiwa-jiwa. Tetapi, tidak terjadi begitu saja. Untuk sampai pada kondisi itu, ada peran yang dilakukan Paulus dan Silas. Roh Kudus telah melancarkan “terobosan rohani” yang secara fisik terasa sebagai gempa itu. Artinya, Roh Kudus membuka akses. Dan kemudian Paulus dan Silaslah yang harus bertindak. Pertama, Paulus menenangkan hati kepala penjara yang ketakutan itu dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan melarikan diri (Kis 16:28). Hal itu berarti Paulus (dan juga semua orang percaya) harus bisa menunjukkan sifat-karakter-sikap yang baik di masyarakat. Kedua, Paulus berbicara tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus (Kis 16:31). Ketiga, Paulus memberitakan Firman secara lebih lengkap kepada komunitas yang ada (Kis 16:32). Mandat penginjilan yang dilakukan oleh Paulus dan Silas pada saat Roh Kudus melakukan “terobosan rohani” itu mengakibatkan transformasi rohani sebagai berikut. Pertama, Paulus dan Silas menerima kompensasi atas perlakuan buruk yang telah mereka terima (Kis 16:33a). Kedua, orang-orang bertobat dan memberi diri untuk dibaptis (Kis 16:33b). Ketiga, Paulus dan Silas menerima perlakuan baik berupa pemberian makanan (Kis 16:34a). Keempat, orang-orang mengalami sukacita illahi (Kis 16:34b). Kelima, Paulus dan Silas dilepaskan dan dibebaskan dari hukuman (Kis 16:37). Keenam, para pemimpin masyarakat Filipi meminta maaf dan menjadi ketakutan setelah Paulus berbicara (Kis 16:40). Jemaat Kristen di Filipi pun mendapat nama baik dan penghormatan.
Jadi, transformasi menuntut bagian yang dikerjakan oleh Gereja. Bagian yang Tuhan lakukan jelas, yaitu lawatan Roh Kudus, penetrasi Roh Kudus, terobosan illahi. Sedangkan bagian yang dilakukan oleh Gereja adalah berdoa dan bekerja. Sebenarnya, Tuhan sudah banyak menjawab doa-doa kita. Roh Kudus sudah sering melancarkan terobosan sehingga kesempatan terbuka (kairos). Tetapi, karena agen-agen transformasi kita kurang sikap dan kurang cekatan dalam bertindak, kesempatan demi kesempatan itu lenyap begitu saja. Hammond (2003) mengingatkan betapa seringnya Gereja melepaskan kesempatan (kairos) begitu saja. Dulu Kaisar Kublai Khan (1215-1294) pernah mendengar Injil dan berpesan supaya didatangkan 100 misionaris untuk mengajarkan kekristenan di wilayahnya. Namun pada 1271, hanya ada 2 misionaris yang datang, itu pun datang langsung pulang karena ketakutan. Akibatnya, Kublai Khan mendeklarasikan agama lain sebagai agama resmi di kerajaannya. Jika kita ingin melihat masyarakat mengalami transformasi, orang-orang Kristen bersama masyarakat tidak boleh berpangku tangan. Tidak cukup hanya berdoa dan berseru saja. Kita harus bertindak menjadi agen-agen transformasi untuk membangun di segala bidang (politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidilan, hukum, iptek, dst). Orang Kristen tidak boleh eksklusif, namun harus berkarya di segaa bidang.

GURU PAK SEBAGAI KONSELOR


PENDAHULUAN
Secara umum pendidikan berarti suatu proses transformasi yang dilakukan seseorang atau masyarakat ke generasi berikutnya, serta dilaksanakan secara sengaja, teratur, terstruktur dan dapat diukur atau diketahui hasilnya. Generasi berikut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik. Pendidikan merupakan usaha untuk memperlengkapi dan membimbing individu maupun kelompok, agar menjalankan tugas dan panggilan hidupnya secara efektif. Pendidikan bertugas untuk membangun kualitas manusia seutuhnya, serta segi-segi kehidupan fisik, intelek, moral, spiritual, dan sosio-kultural individu dan kelompok. Agaknya pola itu dianut oleh hampir semua bangsa di dunia. Misalnya, bangsa Israel mendidik anak-anaknya agar perrcaya dan setia kepada TUHAN Allah, memahami Hukum Taurat, kekhususan umat pilihan, dan lain-lain, band. Ulangan pasal 6. Demikian pula dengan bangsa dan masyarakat Indonesia, juga ingin generasi berikutnya mengalami kemajuan pada semua aspek.
Pada proses pendidikan formal maupun informal tersebut, ada yang bertugas sebagai guru dan berfungsi untuk mengajar. Guru merupakan komponen strategis dalam dunia pendidikan. Tugas dan perannya bukan hanya di sekolah atau kelas tetapi lebih luas serta kompleks, meliputi:
ü Pada bidang profesi, guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih; mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa
ü Dalam bidang kemanusiaan, di sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai haldalam bidang kemasyarakatan
ü Guru bertugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab

Karena juga merupakan orang tua kedua, guru harusnya memberlakukan setiap siswa seabagai anaknya sendiri. Karena hubungan sebagai anak-orang tua itu, guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. Pendampingan itu bertujuan agar siswa mampu mengatasi pergumulan dan permasalahannya. Dalam konteks ini, guru telah bertindak sebagai seorang konselor, dan siswanya adalah konseli. Sebagai konselor, guru PAK lebih bersifat pendampingan kepada siswanya. Pada konteks ini, guru dapat menjadi tempat meminta pendapat atau pun sebagai penguatan konsep diri siswanya tentang berbagai hal.

Nuansa PAK
Perkembangan dan kemajuan pendidikan dan juga institusi penyelengara pendidikan di Indonesia telah mencapai tingkat yang signifikan, sehingga tidak hanya memperhatikan ilmu ilmu teknik, ekonomi, sosial, medis, dan lain-lain, tetapi menyangkut bidang spiritual dan moral. Karena itu, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia dasar, menengah sampai perguruan tinggi- ada atau dimasukkan pelajaran agama. Atas dasar itu, maka di Indonesia, ada orang-orang tertentu yang mengajar, yang disebut guru dan dosen agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen di Indonesia merupakan salah satu tugas gereja. PAK yang dilakukan oleh Gereja sebagai bagian untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Tujuan pendidikan nasional, sesuai UU R.I No.2 Thn 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4, adalah: “mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Pendidikan Agama Kristen sebagai bagian tujuan pendidikan nasional, maka harus menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual, dan lain-lain serta menyangkut iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Karena Pendidikan Agama Kristen menyangkut iman kepada TUHAN, Allah dalam dan melalui Yesus Kristus, maka pengajar Pendidikan Agama Kristen adalah mereka yang telah dan harus dipersiapkan secara khusus. Dalam arti, ia harus lebih mengalami proses pendidikan teologi, dengan spesifikai pendidikan agama kristen. Melaui proses itu, diharapkan, warga gereja menjadi dan memperoleh pendidik atau guru yang berkualitas, dengan berbagai kompetensi, antara lain:
o   Mempunyai spiritualitas yang baik. Spritualitas -tepatnya spiritualitas kristen- yang berkaitan erat dengan hal-hal yang berasal atau bersumber dari Tuhan
o   Mempunyai kelengkapan pengetahuan teologis, keguruan, dan trampil mengajar
o   Terus menerus belajar untuk meningkatkan diri, termasuk kemampuan memahami Firman Tuhan melalui perbuatan dan perkataan. Untuk itu, ia terus menerus meningkatkan kerohaniannya di bawah bimbingan Tuhan Allah. Dengan demikian, ia mampu mengelola proses belajar-mengajar serta memberikan layanan yang terbaik untuk orang lain atau kepada peserta didik

Semua hal di atas, dapat menjadi acuan bahwa pentingnya PAK dan peran guru PAK dalam konteks masyarakat sekarang ini. Dan juga nyata bahwa guru PAK dapat berperan yang lebih besar lagi dalam proses belajar dan mengajar, sehingga interaksi dengan siswanya bukan hanya ketika di ruang kelas tetapi juga pada keaktifan hidup lainnya. Interaksi itu menjadikan guru PAK dapat mengenal kemampuan serta minat, tingkat perkembangan, kekuatan dan pengalaman muridnya, sehingga ia dapat membimbing mereka dengan baik. Semuanya itu menjadikan guru juga berfungsi sebagai konselor.

KONSELOR
Semua tugas pelayanan pendeta dalam bahasa gerejawi disebut pastorat atau pelayanan pastoral, pelayanan yang dilakukan oleh seorang pastor atau pendeta [tepatnya seorang “pelayan”]. Dengan demikain ruang lingkup pastorat menjadi luas, dan meliputi pelayanan yang berdasarkan iman Kristen; perhatian dan pelayanan seseorang terhadap atau kepada yang lain;
o   Pelayanan yang mencakup manusia seutuhnya atau holistic
o   Pelayanan yang memperhatikan sikon manusia
o   Pelayanan yang berlangsung dalam pertemuan dan percakapan
o   Pelayanan bersama dalam organisasi atau ikatan yang terarah pada masyarakat

Karena ruang lingkup itu, maka pastorat mempunyai karakteristik berbeda dengan kegiatan pelayanan lainnya. Hal itu antara lain karena pelayanan yang dilakukan berdasarkan iman Kristiani; pada sikon orang yang dilayani hingga mencapai pambaharuan manusia secara utuh; mendatangkan kegembiraan, kegairahan; mempunyai kerterarahan pada manusia secara utuh; dilakukan sebagai pemeliharaan rohani sehingga orang dilayani mencapai atau memperoleh kesehatan rohani yang sehat dan baik.
Konseling dari kata counseling (Inggris) artinya pemberian nasehat, perembukan, penyuluhan- merupakan proses pertolongan psikologis terbatas. Konselor-Ingg, penasehat- atau orang memberikan nasehat, atau melakukan konseling terhadap konseli. Konseli adalah orang yang sementara mendapatkan nasehat atau konseling dari konselor. Konselor hanya menggali kemampuan dasar dan tersembunyi dalam diri konseli, sehingga mampu mengungkapkan perasaannya; memecahkan masalahnya; mengambil keputusan; menentukan arah hidup dan kehidupan selanjutnya. Dalam proses konseling, konselor membantu konseli untuk memahami diri dan kepribadiannya. Konseling merupakan proses pertolongan psikologis yang diberikan konselor kepada konseli. Melalui proses itu, diharapkan konseli mendapat kekuatan dan wawasan baru -yang digali dari dalam dirinya sendiri- untuk mengatasi situasi dan kondisi krisis serta kritis di sekitar atau yang sementara -serta akan- di hadapinya. Jadi, konseling memiliki cakupan holistik dan serta berdampak luas menyangkut hidup dan kehidupan seseorang atau konseli, atau bisa jadi muridnya sendiri. Dengan demikian konseling bermakna upaya-upaya, misalnya melalui percakapan terjadual dan bertingkat, surat pastoral, e-mail, nasehat, pertemuan rutin, dan lain lain- yang dilakukan seorang pastor atau gembala sebagai konselor- terhadap umat atau jemaat, termasuk guru kepada murid atau murid-muridnya sebagai konseli- sehingga konseli :
o   Mencapai pertumbuhan-perkembangan rohani yang dewasa dan sehat
o   Mampu mengaktualisasikan dirinya
o   Menjadi jemaat mampu melaksanakan dan menunjukkan kesaksian hidup sebagai milik Kristus
o   Mau berbuat sesuatu untuk Tuhan Allah, sesame, dan diri sendiri
o   Mencapai kedewasaan bergereja

Kompentensi Guru PAK Sebagai Konselor
Harus disadari bahwa, perubahan dan kemajuan zaman, masyarakat mengalami proses perkembangan pada semua aspek hidup dan kehidupan. Karena interaksi manusia dengan sesamanya, proses tersebut menyentuh aspek spiritual atau kerohanian. Dengan itu, guru PAK agaknya harus mampu menjadikan muridnya mencapai spiritualitas kristiani dan iman Kristen yang bukan hanya menyangkut percaya kepada TUHAN Allah, tetapi juga semua tindakan atau perbuatan akibat dari hubungan dengan-Nya. Perubahan dan perkembangan zaman menyentuh spiritualitas seseorang dan kadangkala berdampak permasalahan dan pergumulan hidup. Permasalahan dan pergumulan itu, pada umumnya, tidak terselesaikan hanya melalui belajar agama Kristen. Tentu saja, guru PAK -dengan keterbatasan dan kelebihannya- harus mempunyai kemampuan agar mampu mendampingi anak didiknya sehingga ia menemukan jalan keluar dari pergumulan dan permasalahan yang dialaminya.

Kemampuan Dasar
Pastor, pendeta, guru PAK, atau siapapun yang mau melakukan konseling, maka ia harus dewasa rohani-iman, yang ditandai dengan setia beribadah-baca Alkitab, berdoa, dan lain lain; mempunyai pengetahuan -Alkitab dan umum- serta wawasan yang luas; mengerti -tidak selalu menguasai- bidang psikologi dan antropologi; komunikatif, supel, pandai bergaul, terbuka, ceria, bisa dipercayai, pandai menyimpan rahasia; tidak bocor mulut, tidak sombong rohani, rela berkorban; mempunyai sikap toleran, simpati, empati terhadap orang lain, tegas, sabar, bersahabat; tidak menuduh dan memojokkan konseli, membangkitkan spiritualitas konseli. Karena beratnya tugas dan pelayanannya, seorang guru PAK harus mempunyai intergritas. Ini berarti, ia harus mempunyai kepribadian yang utuh, keutuhan kepribadian; ketulusan dalam melayani, lurus, penuh kesetiaan dan tanggung jawab serta mengaktualisasikan diri dengan baik, bisa dan selalu mengendalikan emosi; berpikir positip, mampu mendengar suara hati yang telah dikendalikan dan diterangi oleh Kristus; memiliki etika dan moral secara utuh. Kepribadian yang demikian akan tercermin dalam realitas sehari-hari dan dilihat oleh masyarakat atau orang lain, misalnya teman sepelayanan, keluarga, jemaat yang dilayani, atapun murid-murid yang diajar, dan lain-lain. Hal-hal tersebut, antara lain, kehidupan rohani yang dewasa, disertai pertumbuhan dan perkembangan intelektual, terus menerus menggali dan menambah pengetahuan teologi, umum, psikologi, dan lain-lain; sistem nilai, cipta, karsa, rasa, sikap, pandangan serta kebiasaan hidup dan kehidupan yang baik ; perilaku yang menjadi contoh dan teladan dan nampak buah-buah roh

Persiapan-persiapan
Guru PAK yang juga mau berperan sebagi konselor harus mempunyai persiapan diri dengan baik, selain pendidikan teologi. Ini berarti ia harus mempunyai kepekaan yang tinggi, artinya dengan hanya berada di dekat konseli atau sedikit berbicara dengannya, atau melihat perubahan sikap ataupun raut wajah, dan lain-lain, guru sudah tahu bahwa muridnya mempunyai pergumulan dan permasalah tertentu dalam dirinya. Selajutnya mempunyai pamahaman awal mengenai pribadi konseli, dengan cara mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang konseli, misalnya, keadaan keluarga, jumlah saudara, pendidikan dan usaha orang tua, tempat tinggal, dan lainnya. Sebagai konselor, guru harus melakukan pra-pendekatan terutama untuk calon konseli yang bukan murid yang secara langsung diajar atau dilayani- misalnya melalui telpon, e-mail, perkenalan biasa. Di samping itu, guru harus membangun persahabatan dan kepercayaan pada diri konseli, sehingga ia dapat masuk dalam sikon konseli. Kadang kala -karena sebagai guru yang suka berbicara di depan kelas- guru yang melakukan konseling lupa bahwa ia juga harus diam dan mendengar. Ini berarti ia harus berbicara dengan konseli bukan kepada konseli. Artinya, dalam percakapan koseling, terjadi percakapan saling membangun dan mendengar. Bahkan bisa saja terjadi guru yang berdiam diri, dan konseli yang terus berbicara mengenai segala sesuatu yang ada dalam hidup dan kehidupannya. Pada umumnya, dan juga kenyataan yang sering terjadi adalah, tidak semua persoalan pastoral dapat diselesaikan dengan hanya satu kali percakapan pastoral. Oleh sebab itu, guru PAK harus dapat dan berani melaksanakan koseling tuntas dan berkelanjutan. Artinya ia harus rela menyediakan waktu berbicara dengan konseli sampai ada jalan keluar atau permasalahannya selesai.

Sikap Terhadap Sikon Konseli
Semua manusia dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah melalui Yesus Kristus, Yoh 1:14. Setiap orang yang telah menjadi ciptaan baru dalam Kristus dipanggil untuk menjadi saksi-Nya. Dengan itu, setiap orang percaya harus mempunyai keyakinan bahwa “melalui dirinya semua bangsa akan diberkati dan diselamatkan -di dalam dan oleh Yesus Kristus”. Namun karena pergumulan dan permasalahan tertentu pada diri konseli, ia mengalami keputusasaan, kecewa, marah, berada dalam sikon krisis dan kritis, kecewa, tanpa pengharapan, kurang bersahabat, curiga kepada orang lain dan lain sebagainya, bahkan menganggap Tuhan menjauh darinya. Atas dasar itu, guru PAK sebagai konselor, harus mampu dalam proses pendampingan dan konselingnya menghidupkan kembali semangat hidup dan kehidupan konseli. Pada umumnya, situasi konseli terutama murid guru PAK berada dalam situasi dan kondisi sebagai berikut:
o   Senang, sukacita, gembira biasanya telah lari dari habital lamanya dan berada atau terkurung dalam dunia baru yang berbeda sama sekali
o   Telah mempunyai penilaian bahwa konselor bisa dan dapat membantu dirinyamerasakan bahwa ternyata  konselor simpati dan empati pada dirinya
o   Dapat dengan bebas mengungkapkan keadaan diri, sikon dan masalah yang di hadapi

KEPUSTAKAAN

Ø  Abineno, J.L.Ch., Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK-GM, 1999
Ø  Campbell, Alastair, Profesionalisme dan Pendampingan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2002
Ø  Dennis and M Lin, Healing of Memories, New York: Paulist Press, 1974
Ø  Milne Bruce, Mengenali Kebenaran: Panduan Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1993)
Ø  Sidjabat, B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen: Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis (Edisi Revisi), Yogyakarta:Yayasan ANDI, 2003
_______________________, Profesi Keguruan Dalam Pendidikan Agama Kristen, Program Pasca Sarjana PAK FKIP-UKI Jakarta, 2004
Ø  Pullias, Earl V dan James D. Young., Guru Adalah Segala-galanya, Bandung: Tarate, 1983
Ø  Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN, 1997
Ø  Ten Napel, Henk. 1991, Jalan Yang Lebih Utama Lagi, Jakarta: BPK-GM
Ø  Usman M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995
Ø  Van Niftrik, G.C dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM., 1977