Powered By Blogger

Sabtu, 27 November 2010

GURU PAK SEBAGAI KONSELOR


PENDAHULUAN
Secara umum pendidikan berarti suatu proses transformasi yang dilakukan seseorang atau masyarakat ke generasi berikutnya, serta dilaksanakan secara sengaja, teratur, terstruktur dan dapat diukur atau diketahui hasilnya. Generasi berikut mendapat pendidikan secara formal dan informal, sehingga mereka bertumbuh secara intelektual, pengalaman keagamaan, serta memiliki sikap hidup yang baik. Pendidikan merupakan usaha untuk memperlengkapi dan membimbing individu maupun kelompok, agar menjalankan tugas dan panggilan hidupnya secara efektif. Pendidikan bertugas untuk membangun kualitas manusia seutuhnya, serta segi-segi kehidupan fisik, intelek, moral, spiritual, dan sosio-kultural individu dan kelompok. Agaknya pola itu dianut oleh hampir semua bangsa di dunia. Misalnya, bangsa Israel mendidik anak-anaknya agar perrcaya dan setia kepada TUHAN Allah, memahami Hukum Taurat, kekhususan umat pilihan, dan lain-lain, band. Ulangan pasal 6. Demikian pula dengan bangsa dan masyarakat Indonesia, juga ingin generasi berikutnya mengalami kemajuan pada semua aspek.
Pada proses pendidikan formal maupun informal tersebut, ada yang bertugas sebagai guru dan berfungsi untuk mengajar. Guru merupakan komponen strategis dalam dunia pendidikan. Tugas dan perannya bukan hanya di sekolah atau kelas tetapi lebih luas serta kompleks, meliputi:
ü Pada bidang profesi, guru bertugas mendidik, mengajar, dan melatih; mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan IPTEK; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan siswa
ü Dalam bidang kemanusiaan, di sekolah, guru berperan sebagai orang tua kedua, yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai haldalam bidang kemasyarakatan
ü Guru bertugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab

Karena juga merupakan orang tua kedua, guru harusnya memberlakukan setiap siswa seabagai anaknya sendiri. Karena hubungan sebagai anak-orang tua itu, guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. Pendampingan itu bertujuan agar siswa mampu mengatasi pergumulan dan permasalahannya. Dalam konteks ini, guru telah bertindak sebagai seorang konselor, dan siswanya adalah konseli. Sebagai konselor, guru PAK lebih bersifat pendampingan kepada siswanya. Pada konteks ini, guru dapat menjadi tempat meminta pendapat atau pun sebagai penguatan konsep diri siswanya tentang berbagai hal.

Nuansa PAK
Perkembangan dan kemajuan pendidikan dan juga institusi penyelengara pendidikan di Indonesia telah mencapai tingkat yang signifikan, sehingga tidak hanya memperhatikan ilmu ilmu teknik, ekonomi, sosial, medis, dan lain-lain, tetapi menyangkut bidang spiritual dan moral. Karena itu, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia dasar, menengah sampai perguruan tinggi- ada atau dimasukkan pelajaran agama. Atas dasar itu, maka di Indonesia, ada orang-orang tertentu yang mengajar, yang disebut guru dan dosen agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen di Indonesia merupakan salah satu tugas gereja. PAK yang dilakukan oleh Gereja sebagai bagian untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Tujuan pendidikan nasional, sesuai UU R.I No.2 Thn 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4, adalah: “mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Pendidikan Agama Kristen sebagai bagian tujuan pendidikan nasional, maka harus menyangkut seluruh unsur pertumbuhan dan perkembangan manusia, yaitu aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial, serta mental-spiritual, dan lain-lain serta menyangkut iman kepada Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. Karena Pendidikan Agama Kristen menyangkut iman kepada TUHAN, Allah dalam dan melalui Yesus Kristus, maka pengajar Pendidikan Agama Kristen adalah mereka yang telah dan harus dipersiapkan secara khusus. Dalam arti, ia harus lebih mengalami proses pendidikan teologi, dengan spesifikai pendidikan agama kristen. Melaui proses itu, diharapkan, warga gereja menjadi dan memperoleh pendidik atau guru yang berkualitas, dengan berbagai kompetensi, antara lain:
o   Mempunyai spiritualitas yang baik. Spritualitas -tepatnya spiritualitas kristen- yang berkaitan erat dengan hal-hal yang berasal atau bersumber dari Tuhan
o   Mempunyai kelengkapan pengetahuan teologis, keguruan, dan trampil mengajar
o   Terus menerus belajar untuk meningkatkan diri, termasuk kemampuan memahami Firman Tuhan melalui perbuatan dan perkataan. Untuk itu, ia terus menerus meningkatkan kerohaniannya di bawah bimbingan Tuhan Allah. Dengan demikian, ia mampu mengelola proses belajar-mengajar serta memberikan layanan yang terbaik untuk orang lain atau kepada peserta didik

Semua hal di atas, dapat menjadi acuan bahwa pentingnya PAK dan peran guru PAK dalam konteks masyarakat sekarang ini. Dan juga nyata bahwa guru PAK dapat berperan yang lebih besar lagi dalam proses belajar dan mengajar, sehingga interaksi dengan siswanya bukan hanya ketika di ruang kelas tetapi juga pada keaktifan hidup lainnya. Interaksi itu menjadikan guru PAK dapat mengenal kemampuan serta minat, tingkat perkembangan, kekuatan dan pengalaman muridnya, sehingga ia dapat membimbing mereka dengan baik. Semuanya itu menjadikan guru juga berfungsi sebagai konselor.

KONSELOR
Semua tugas pelayanan pendeta dalam bahasa gerejawi disebut pastorat atau pelayanan pastoral, pelayanan yang dilakukan oleh seorang pastor atau pendeta [tepatnya seorang “pelayan”]. Dengan demikain ruang lingkup pastorat menjadi luas, dan meliputi pelayanan yang berdasarkan iman Kristen; perhatian dan pelayanan seseorang terhadap atau kepada yang lain;
o   Pelayanan yang mencakup manusia seutuhnya atau holistic
o   Pelayanan yang memperhatikan sikon manusia
o   Pelayanan yang berlangsung dalam pertemuan dan percakapan
o   Pelayanan bersama dalam organisasi atau ikatan yang terarah pada masyarakat

Karena ruang lingkup itu, maka pastorat mempunyai karakteristik berbeda dengan kegiatan pelayanan lainnya. Hal itu antara lain karena pelayanan yang dilakukan berdasarkan iman Kristiani; pada sikon orang yang dilayani hingga mencapai pambaharuan manusia secara utuh; mendatangkan kegembiraan, kegairahan; mempunyai kerterarahan pada manusia secara utuh; dilakukan sebagai pemeliharaan rohani sehingga orang dilayani mencapai atau memperoleh kesehatan rohani yang sehat dan baik.
Konseling dari kata counseling (Inggris) artinya pemberian nasehat, perembukan, penyuluhan- merupakan proses pertolongan psikologis terbatas. Konselor-Ingg, penasehat- atau orang memberikan nasehat, atau melakukan konseling terhadap konseli. Konseli adalah orang yang sementara mendapatkan nasehat atau konseling dari konselor. Konselor hanya menggali kemampuan dasar dan tersembunyi dalam diri konseli, sehingga mampu mengungkapkan perasaannya; memecahkan masalahnya; mengambil keputusan; menentukan arah hidup dan kehidupan selanjutnya. Dalam proses konseling, konselor membantu konseli untuk memahami diri dan kepribadiannya. Konseling merupakan proses pertolongan psikologis yang diberikan konselor kepada konseli. Melalui proses itu, diharapkan konseli mendapat kekuatan dan wawasan baru -yang digali dari dalam dirinya sendiri- untuk mengatasi situasi dan kondisi krisis serta kritis di sekitar atau yang sementara -serta akan- di hadapinya. Jadi, konseling memiliki cakupan holistik dan serta berdampak luas menyangkut hidup dan kehidupan seseorang atau konseli, atau bisa jadi muridnya sendiri. Dengan demikian konseling bermakna upaya-upaya, misalnya melalui percakapan terjadual dan bertingkat, surat pastoral, e-mail, nasehat, pertemuan rutin, dan lain lain- yang dilakukan seorang pastor atau gembala sebagai konselor- terhadap umat atau jemaat, termasuk guru kepada murid atau murid-muridnya sebagai konseli- sehingga konseli :
o   Mencapai pertumbuhan-perkembangan rohani yang dewasa dan sehat
o   Mampu mengaktualisasikan dirinya
o   Menjadi jemaat mampu melaksanakan dan menunjukkan kesaksian hidup sebagai milik Kristus
o   Mau berbuat sesuatu untuk Tuhan Allah, sesame, dan diri sendiri
o   Mencapai kedewasaan bergereja

Kompentensi Guru PAK Sebagai Konselor
Harus disadari bahwa, perubahan dan kemajuan zaman, masyarakat mengalami proses perkembangan pada semua aspek hidup dan kehidupan. Karena interaksi manusia dengan sesamanya, proses tersebut menyentuh aspek spiritual atau kerohanian. Dengan itu, guru PAK agaknya harus mampu menjadikan muridnya mencapai spiritualitas kristiani dan iman Kristen yang bukan hanya menyangkut percaya kepada TUHAN Allah, tetapi juga semua tindakan atau perbuatan akibat dari hubungan dengan-Nya. Perubahan dan perkembangan zaman menyentuh spiritualitas seseorang dan kadangkala berdampak permasalahan dan pergumulan hidup. Permasalahan dan pergumulan itu, pada umumnya, tidak terselesaikan hanya melalui belajar agama Kristen. Tentu saja, guru PAK -dengan keterbatasan dan kelebihannya- harus mempunyai kemampuan agar mampu mendampingi anak didiknya sehingga ia menemukan jalan keluar dari pergumulan dan permasalahan yang dialaminya.

Kemampuan Dasar
Pastor, pendeta, guru PAK, atau siapapun yang mau melakukan konseling, maka ia harus dewasa rohani-iman, yang ditandai dengan setia beribadah-baca Alkitab, berdoa, dan lain lain; mempunyai pengetahuan -Alkitab dan umum- serta wawasan yang luas; mengerti -tidak selalu menguasai- bidang psikologi dan antropologi; komunikatif, supel, pandai bergaul, terbuka, ceria, bisa dipercayai, pandai menyimpan rahasia; tidak bocor mulut, tidak sombong rohani, rela berkorban; mempunyai sikap toleran, simpati, empati terhadap orang lain, tegas, sabar, bersahabat; tidak menuduh dan memojokkan konseli, membangkitkan spiritualitas konseli. Karena beratnya tugas dan pelayanannya, seorang guru PAK harus mempunyai intergritas. Ini berarti, ia harus mempunyai kepribadian yang utuh, keutuhan kepribadian; ketulusan dalam melayani, lurus, penuh kesetiaan dan tanggung jawab serta mengaktualisasikan diri dengan baik, bisa dan selalu mengendalikan emosi; berpikir positip, mampu mendengar suara hati yang telah dikendalikan dan diterangi oleh Kristus; memiliki etika dan moral secara utuh. Kepribadian yang demikian akan tercermin dalam realitas sehari-hari dan dilihat oleh masyarakat atau orang lain, misalnya teman sepelayanan, keluarga, jemaat yang dilayani, atapun murid-murid yang diajar, dan lain-lain. Hal-hal tersebut, antara lain, kehidupan rohani yang dewasa, disertai pertumbuhan dan perkembangan intelektual, terus menerus menggali dan menambah pengetahuan teologi, umum, psikologi, dan lain-lain; sistem nilai, cipta, karsa, rasa, sikap, pandangan serta kebiasaan hidup dan kehidupan yang baik ; perilaku yang menjadi contoh dan teladan dan nampak buah-buah roh

Persiapan-persiapan
Guru PAK yang juga mau berperan sebagi konselor harus mempunyai persiapan diri dengan baik, selain pendidikan teologi. Ini berarti ia harus mempunyai kepekaan yang tinggi, artinya dengan hanya berada di dekat konseli atau sedikit berbicara dengannya, atau melihat perubahan sikap ataupun raut wajah, dan lain-lain, guru sudah tahu bahwa muridnya mempunyai pergumulan dan permasalah tertentu dalam dirinya. Selajutnya mempunyai pamahaman awal mengenai pribadi konseli, dengan cara mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang konseli, misalnya, keadaan keluarga, jumlah saudara, pendidikan dan usaha orang tua, tempat tinggal, dan lainnya. Sebagai konselor, guru harus melakukan pra-pendekatan terutama untuk calon konseli yang bukan murid yang secara langsung diajar atau dilayani- misalnya melalui telpon, e-mail, perkenalan biasa. Di samping itu, guru harus membangun persahabatan dan kepercayaan pada diri konseli, sehingga ia dapat masuk dalam sikon konseli. Kadang kala -karena sebagai guru yang suka berbicara di depan kelas- guru yang melakukan konseling lupa bahwa ia juga harus diam dan mendengar. Ini berarti ia harus berbicara dengan konseli bukan kepada konseli. Artinya, dalam percakapan koseling, terjadi percakapan saling membangun dan mendengar. Bahkan bisa saja terjadi guru yang berdiam diri, dan konseli yang terus berbicara mengenai segala sesuatu yang ada dalam hidup dan kehidupannya. Pada umumnya, dan juga kenyataan yang sering terjadi adalah, tidak semua persoalan pastoral dapat diselesaikan dengan hanya satu kali percakapan pastoral. Oleh sebab itu, guru PAK harus dapat dan berani melaksanakan koseling tuntas dan berkelanjutan. Artinya ia harus rela menyediakan waktu berbicara dengan konseli sampai ada jalan keluar atau permasalahannya selesai.

Sikap Terhadap Sikon Konseli
Semua manusia dipanggil untuk menjadi anak-anak Allah melalui Yesus Kristus, Yoh 1:14. Setiap orang yang telah menjadi ciptaan baru dalam Kristus dipanggil untuk menjadi saksi-Nya. Dengan itu, setiap orang percaya harus mempunyai keyakinan bahwa “melalui dirinya semua bangsa akan diberkati dan diselamatkan -di dalam dan oleh Yesus Kristus”. Namun karena pergumulan dan permasalahan tertentu pada diri konseli, ia mengalami keputusasaan, kecewa, marah, berada dalam sikon krisis dan kritis, kecewa, tanpa pengharapan, kurang bersahabat, curiga kepada orang lain dan lain sebagainya, bahkan menganggap Tuhan menjauh darinya. Atas dasar itu, guru PAK sebagai konselor, harus mampu dalam proses pendampingan dan konselingnya menghidupkan kembali semangat hidup dan kehidupan konseli. Pada umumnya, situasi konseli terutama murid guru PAK berada dalam situasi dan kondisi sebagai berikut:
o   Senang, sukacita, gembira biasanya telah lari dari habital lamanya dan berada atau terkurung dalam dunia baru yang berbeda sama sekali
o   Telah mempunyai penilaian bahwa konselor bisa dan dapat membantu dirinyamerasakan bahwa ternyata  konselor simpati dan empati pada dirinya
o   Dapat dengan bebas mengungkapkan keadaan diri, sikon dan masalah yang di hadapi

KEPUSTAKAAN

Ø  Abineno, J.L.Ch., Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK-GM, 1999
Ø  Campbell, Alastair, Profesionalisme dan Pendampingan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2002
Ø  Dennis and M Lin, Healing of Memories, New York: Paulist Press, 1974
Ø  Milne Bruce, Mengenali Kebenaran: Panduan Iman Kristen (Jakarta: BPK-GM, 1993)
Ø  Sidjabat, B. Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen: Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis (Edisi Revisi), Yogyakarta:Yayasan ANDI, 2003
_______________________, Profesi Keguruan Dalam Pendidikan Agama Kristen, Program Pasca Sarjana PAK FKIP-UKI Jakarta, 2004
Ø  Pullias, Earl V dan James D. Young., Guru Adalah Segala-galanya, Bandung: Tarate, 1983
Ø  Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: LPKN, 1997
Ø  Ten Napel, Henk. 1991, Jalan Yang Lebih Utama Lagi, Jakarta: BPK-GM
Ø  Usman M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995
Ø  Van Niftrik, G.C dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK-GM., 1977

Tidak ada komentar:

Posting Komentar